Pengalamanku Dengan Ita I
Namanya Ita, usianya 4 tahun lebih tua dariku,
karena Ita sekarang sudah berusia 32 tahun. Namun status Ita masih
bujangan sama denganku. Awalnya aku juga bingung terhadap Ita, wajahnya
cukup cantik, bahkan boleh dibilang termasuk sangat cantik untuk ukuran
seorang wanita biasa, tapi sampai seusia itu kok belum juga dia
menikah? Tingginya semampai, mungkin sekitar 173 cm, karena dia lebih
tinggi dariku saat kami berdiri berjajar, sedangkan tinggiku saja sudah
170 cm. Aku memang tidak menanyakan hal itu padanya.
Aku dan Ita baru berkenalan belum lama, awalnya sejak aku mulai
menuliskan kisahku di sumbercerita.com. Ita termasuk salah seorang wanita
yang juga rajin membaca kisahku. Emailnya yang pertama tidak kurespons
dengan serius, kujawab asal-asalan saja, karena kupikir ini pasti cowok
yang menyamar dan mengaku sebagai cewek. Namun lama kelamaan aku
percaya juga padanya dan ternyata memang dia cewek juga sepertiku, ini
diawali dari foto yang ia kirimkan via email, kemudian nomor HP yang ia
berikan padaku. Aku tidak pernah mengontak dia, Ita yang berkirim SMS
duluan padaku dan dia juga yang mengawali meneleponku. Akhirnya kami
sering kontak melalui telepon, juga janji bertemu, jalan bersama hingga
terkadang cuci mata di mall.
Hubungan kami makin hari makin akrab dan kami saling curhat hingga
bertukar pengalaman tentang sex, kami berbagi rasa hingga cerita
tentang kiat menulis pengalamanku di sumbercerita.com. Ita juga memuji
keberanianku dalam mengungkapkan kisahku, dia juga berterus terang
sering melakukan masturbasi di depan computer saat membaca
kisah-kisahku.
Akhirnya aku tahu bahwa Ita ternyata seorang bisex, dia bisa
berhubungan dengan laki-laki, tapi dia juga suka melakukan hubungan
dengan perempuan. Aku terus terang jadi penasaran dengan pengalamannya
melakukan ML dengan para cewek temannya itu, kalau didengar dari
ceritanya cukup membuat diriku ikut terangsang. Apa lagi aku juga
secara tidak sengaja pernah melakukan hal yang hampir serupa dengan apa
yang Ita lakukan, hanya bedanya aku melakukannya dengan Lina bersama
dengan suaminya saat aku ke Jakarta beberapa waktu yang lalu, pembaca
yang belum pernah mengikuti kisahku yang satu itu, silakan membaca
kisahku terdahulu.
Tak jarang pada setiap obrolannya Ita juga sering memancingku untuk
melakukan hubungan, namun momentnya banyak yang kurang tepat, lagi pula
aku bukan seorang lesbian, jadi terus terang kurang begitu berminat dan
masih ada rasa aneh bila aku harus melakukannya dengan sesamaku secara
sengaja.
Entah kalau kejadiannya tidak disengaja seperti saat aku
melakukannya dengan Lina yang kemudian diikuti oleh suaminya itu. Tapi
terus terang dalam lubuk hatiku yang paling dalam, ada terselip rasa
ingin sesekali mencobanya, dan akhirnya apa yang kubayangkan itu
terjadi juga bersama Ita. Begini ceritanya..
Pada suatu siang Ita menghubungi HP-ku..
"Hallo Lia! Lagi ngapain nich?" tanya Ita diseberang sana.
"Nggak lagi ngapa-ngapain, kenapa?" balasku.
"Kamu di rumah kan? Aku jemput ya? Kita ke Trawas nginap di villaku yuk!" ajak Ita.
"Aku sudah lama tidak menginap di sana dan aku juga harus memberi
gaji untuk penjaga villaku, karena Papaku sedang sibuk di luar kota"
lanjut Ita menjelaskan padaku.
"Kapan pulangnya?" tanyaku pada Ita.
"Terserah! Mau besok siang atau besok malam juga boleh, aku jemput
sekarang ya, kamu siap-siap saja, okey sampai nanti" sambung Ita yang
kemudian mematikan sambungan teleponnya tanpa menunggu jawaban dariku
lagi.
Pukul 11 siang, tepatnya 40 menit setelah Ita meneleponku, mobil
Ita sudah parkir di depan rumahku. Seperti biasanya Ita langsung
nyelonong masuk ke rumahku tanpa mengetuk lagi, karena rumahku terbiasa
terbuka lebar begitu saja saat siang hari. Melihat kondisi rumahku yang
sepi, Ita langsung main teriak saja seperti biasanya.
"Lia! Ayo! Sudah siap belum? Cepetan dikit aku sudah lapar, nanti
kita makan di rumah makan aja ya", demikian ajak Ita dengan sedikit
berteriak padaku.
Ita siang itu memakai singlet tipis warna putih sehingga BH-nya
yang tipis dan berbentuk mini dapat terlihat dengan jelas dari luar
singletnya. Aku yakin BH yang dipakainya siang itu pasti satu setel
dengan CD-nya, karena aku dapat mengenali bentuk dan warna BH yang ia
pakai. Setelan tersebut memang dia beli bersamaku di Darmo Outlet
beberapa saat yang lalu. Modelnya memang banyak yang bagus-bagus dan
sexy sekali, sangat cocok dengan seleraku, maka aku juga membeli
beberapa saat itu.
"Sebentar ya, aku ganti pakaian dulu" kataku sambil berganti
pakaian tanpa menutup pintu kamarku, aku tidak kuatir ada orang yang
melihat saat aku berganti pakaian, karena siang itu di rumahku juga
tidak ada siapa-siapa, kecuali adikku yang juga perempuan dan juga ada
Ita.
Aku sengaja memakai singlet juga tapi tanpa BH, pembaca yang sudah
pernah membaca kisahku tentu sudah paham akan kebiasaanku yang memang
selalu tanpa BH. Aku juga memakai celana pendek mengikuti penampilan
Ita, tapi bentuk celana pendekku lebih sexy daripada yang dikenakan
Ita. Celana pendekku berbentuk hot pants yang sangat pendek dan sexy,
ujungnya lebih tinggi daripada selangkanganku, apa lagi ujung bawahnya
agak lebar sehingga dari belakang dapat terlihat dengan jelas bentuk
lekukan pantatku yang sintal.
"Ayo..! Aku sudah selesai" ajakku.
Setelah pamit ke adikku, kami pun segera memasuki mobil Ita dan
langsung meluncur mengarah keluar kota, melewati Jalan Mayjend
Sungkono, masuk jalan tol Satelit untuk menghindari tengah kota
terutama bundaran Waru yang sering macet. Keluar pintu tol Gempol, Ita
langsung membelokkan mobilnya masuk ke halaman rumah makan. Kami pesan
sepiring nasi cap cay dan sea food untuk dibagi berdua, karena porsinya
yang banyak tidak mampu kami habiskan sendirian. Kami juga sama-sama
pesan orange juice. Siang itu rumah makan itu agak sepi. Selesai makan
kami melanjutkan perjalanan menuju ke Trawas. Siang itu jalanan cukup
lengang.
Villa Ita yang letaknya dekat dengan Grand Trawas, ternyata cukup
besar dan halamannya sangat luas, ada kolam renang yang cukup besar di
sana. Letaknya di bagian belakang Villa. Orang tua Ita memang dari
kalangan keluarga yang berkecukupan, dalam bidang apa usahanya aku juga
tidak pernah bertanya.
Villa yang mewah dan sebesar itu hanya dijaga oleh seorang penjaga
yang usianya sudah cukup lanjut, panggilannya Pak Djo, usianya mungkin
sekitar 70 tahun. Menurut Ita, Pak Djo sudah ikut keluarga Ita sejak
dari kakek Ita, kakek Ita sendiri sudah almarhum dan Pak Djo juga ikut
mengasuh Ita sejak masih bayi, saat diajak kedua orang tuanya berlibur
di villa keluarga itu. Jadi hubungan Ita dengan Pak Djo juga seperti
layaknya kakek sendiri hingga aku pun ikut menaruh hormat pada Pak Djo.
Semua kebutuhan sehari-hari sudah ada dan tersedia di villa milik
keluarga Ita, mulai dari makanan kecil, hingga pakaian ganti dan
sebagainya, maka tak heran kalau Ita tadi tidak membawa apa-apa walau
harus menginap di villanya.
"Kita berenang yuk!" ajak Ita sambil langsung melepat singlet dan celana pendeknya.
Ternyata betul juga perkiraanku, Ita memang memakai setelan dalaman
yang mini berbentuk bikini yang dibelinya beberapa saat yang lalu
bersamaku di Darmo Outlet. BH dan CD-nya tipis sekali sehingga puting
susunya dapat terlihat dari luar BH yang ia kenakan, demikian pula
CD-nya, lipatan vagina Ita tampak dengan jelas tapi tidak terlihat bulu
kemaluannya, rupanya Ita telah mencukur bersih bulu kemaluannya.
Ita tampak cuek dan santai sekali dengan hanya memakai bikini mini
dan tipis begitu di villanya, mungkin juga karena di villa itu tidak
ada orang lain selain aku dan Pak Djo yang sudah dianggapnya seperti
kakeknya sendiri itu tadi. Namun aku ragu-ragu untuk mengikuti caranya,
bukan karena aku takut berenang tapi karena bentuk CD-ku adalah model G
string yang sangat mini sekali, bahkan lebih mini daripada yang dipakai
Ita, dan lagi aku tidak memakai BH. Rupanya Ita tahu akan keraguanku.
"Ayo, tidak masalah, lepaskan aja singletmu, tidak ada orang lain kecuali Pak Djo" ajak Ita.
"Lho It, aku kan tidak pakai BH, lagian CD-ku bisa bikin Pak Djo tidak bisa tidur nanti" jawabku.
"Gila loe! Pak Djo kan sudah uzur, lagian dia tau diri dan tidak
bakal iseng, tau kita sedang berenang pakai pakaian minim begini,
paling dia malah sembunyi di kamarnya, ayo aku temani juga tanpa pakai
BH" lanjut Ita sambil langsung menarik tali BH-nya yang ikatannya ada
di lehernya.
Tubuh Ita pun hampir bugil tanpa sehelai benang pun kecuali
selembar kain tipis segi tiga yang membungkus bagian bawah
selangkangannya. Aku akhirnya terpaksa mengikuti juga apa kemauan Ita.
Kulepas singlet dan hot pants-ku hingga tinggal memakai G String yang
di ujung lipatannya tersembul ujung-ujung bulu kemaluanku yang halus
dan lembut.
Aku buru-buru menceburkan diri ke dalam air, kami bermain dan
berenang dengan riangnya. Baru kali ini aku melihat bentuk tubuh Ita
yang ternyata juga molek serta bersih dan putih sekali. Terus terang
tubuhku juga tidak kalah dengan tubuh Ita hingga tidak dapat
kubayangkan seandainya ada mata cowok yang mengintip kami berdua saat
itu. Tapi aku melihat sekeliling yang ternyata cukup aman, selain
dikelilingi tembok yang tinggi, di sekeliling bagian dalam tembok juga
ditumbuhi pohon penesium yang cukup rindang dan tumbuh rapat sekali,
jadi boleh dibilang tidak mungkin ada orang dari luar pagar tembok yang
bisa mengintip ke dalam villa.
Air kolam renang lumayan dingin juga hingga kami pun tidak bisa
berlama-lama berenang, maka kemudian kami sama-sama naik dan masuk ke
dalam rumah untuk mandi dengan air hangat. Kami berdua mandi dalam satu
kamar mandi yang berada di dalam kamar tidur utama, kamar mandinya
cukup besar dan mewah.
Ita tidak canggung-canggung melepaskan CD-nya di hadapanku,
tubuhnya mulus dan sexy sekali, tak kalah dengan kemolekan tubuhku.
Vaginanya bersih tanpa bulu kemaluan yang ternyata bukan karena
dicukur, vagina Ita menurut pengakuannya memang sejak kecil sudah tidak
pernah ditumbuhi bulu.
Ita menarik tali G Stringku sehingga aku pun ikut bugil di
hadapannya, Ita juga mulai menggosokkan sabun cair ke tubuhku,
tangannya mengelus seiap bagian tubuhku sambil meratakan tubuhku dengan
sabun cair. Elusannya membuatku horny. Aku pun ikut menyabuni tubuhnya,
sehingga kami akhirnya saling mengelus dan saling meraba. Elusan dan
rabaan itu lama-kelamaan menjadi remasan-remasan, terutama saat
tangan-tangan kami menyentuh bagian payudara kami masing-masing.
Saat itu kami sudah sama-sama terangsang sekali, sehingga entah
kapan mulainya, kami pun sudah saling berpagutan, bibir kami saling
lumat dan tangan kami juga saling raba, lidah kami pun bergantian
saling menyusup dan saling lumat. Entah sudah berapa lama kami berdua
saling kulum.
Ke Bagian 2
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
5026